PENDIDIKAN SABU RAIJUA MENGGELIAT: AKANKAH BERLANJUT?

Ketika pertama sekali saya bertemu bupati Sabu Raijua, kami membicarakan bagaimana meningkatkan mutu pendidikan Sabu Raijua. Waktu itu Pak Marthen Dira Tome belum dilantik dan pertemuan pada akhir tahun 2010.
Beberapa hal yang kami sepatai adalah:
1. Pembangunan pendidikan Sabu adalah kunci keberhasilan Sabu ke depan dan karenanya pembinaan guru dalam rangka peningkatan mutu adalah prioritas di samping ekonomi rakyat, infrastuktur dan kesehatan
2. Sepakat bahwa dari delapan standar pendidikan nasional, 7 di antaranya bisa dibeli jika daerah memiliki uang tetapi standar proses pembelajaran yaitu interaktif, menarik, menantang yg menghasilkan siswa yg kreatif dan inisiatif tidak bisa dibeli melainkan harus dilakukan pembinaan lewat pelatihan. Jadi jauh sebelum kemendiknas mempromosikan meride ini utk menyongsong kurikulum 2013, kami sudah menjadikan titik berat. Apalagi, saya dan tim sudah menerapkan meride ini sejak 2004 di NTT.
3. Kami sepakat bahwa kegiatan pelatihan ini didukung penuh pemda dalam hal implementasi beserta follow up dan pengawasan di lapangan.
4. Kami juga sepakat bahwa urusan peningkatan mutu bukan persoalan yg semudah membalik telapak tangan. Karena itu kegiatan harus menyeluruh dari SD, SMP hingga SMK ditambah dengan kegiatan BEDAH SKL yg secara terminologi penganggaran bukan barang baru, tetapi isinya adalah melatih guru agar trampil mengerjakan soal-soal UN dan dari situ para siswa dilatih lebih kanjutnoleh guru di sekolah. Maka saya perkenalkan saat itu metode: SATU SOAL, SATU DETIK. Artinya, soal-soal UN itu, terutama matematika dan IPA, sesungguhnya tdk membutuhkan waktu yg lama utk diselesaikan. Dari hasil kajian kami, 75% soal UN dapat dikerjakan dengan cara “menerka dengan metode” tanpa mencoret sama sekali. Makin rendah jenjang pendidikan, makin tinggi kandungan soal yg bisa diterka saja. Misalnya, 293×7527=? Maka tanpa menghitung yang lama, jawabannya adalah pilihan yg satuannya 1 yang berasal dari 3×7=21 yg pasti satuannya 1.
4. Untuk kegiatan senter mipa, disepakati bahwa tujuannya adalah peningkatan mutu guru lewat penguasaan materi ajar dan penguasaan keterampilan pembelajaran di kelas.
Untuk itu maka kegiatan senter mipa berisi dua tahap utk guru/peserta yang sama yaitu belajar di kelas utk materi dan contoh mengajar. Lalu pada tahan berikutnya, para guru praktek di kelas/sekolah dengan terlebih dahulu menyusun sebuah dokumen yg saya namakan “SKENARIO PEMBELAJARAN” yg implementasinya jauh lebih fleksibel dari RPP yang walau sudah dimiliki guru/sekolah tetapibtetap membingungkan dalam implementasi di kelas sehingga para guru tidak pernah menyentuh RPP tersebut.
Sambutan para guru sangat antusia dengan “SKENARIO PEMBELAJARAN” ini karena dal penyusunannya sudah memuat “apa saja yg guru harus bicarakan sejak kakinya menginjak ruang kelas sampai pembelajaran selesai DAN target apa saja yg diinginkan utk dijawab/dipraktekkan para siswa selama pembelajaran”.

Lepas dari ide dan gagasan serta metode yg kaya dan terencana ini, dalam hati saya pun ketar-ketir. Bagaimana tidak! Sabu Raijua adalah kabupaten bungsu (saat itu) di NTT dengan mutu terbuntut di NTT. Akakah kegiatan-kegiatan tersebut membawa hasil?
Namun tantangan ini harus diambil karena jika metode2 itu berhasil di daerah terburuk maka seharusnya lebih handal di daerah2 lain yg lebih bagis mutu guru dan mutu pendidikannya. Inilah tantangan menarik yg tidak gampang juga.

KEGIATAN:
Pertama sekali saya dan tim sebanyak 22 orang menginjakkan kaki di Sabu Raijua, nyali saya tambah ciut. Kota Seba tdk lebih maju dari sebuah kota kecamatan di Sumba Barat. Sekolah-sekolah banyak yg reot dan jalan di Seba terlihat aspal tua tanpa trotoar bagaikan tidak diurus selama ratusan tahun. Lebih parah lagi, utk kegiatan kami Februari 2011 itu, untuk keperluan Proyektor Silde saja, panitia menggunakan genset sewaan. “Listrik hanya menyala di malam hari pak..”, demikian kata panitia.
Yach, “the show must go on”, begitu tekadku.
Sehabis kegiatan yg penuh tantangan itu, yg pengalamannya beragam walau internet masih lancar (belakangan saya tahu bahwa hanya orang2 tertentu yg online di Sabu saat itu), sulit mencari buah karena adanya di pelabuhan yg didatangkan dari Sumba atau pulau lain di NTT, kami pulang dengan harapan semoga ada hasil.
Alhasil, setelah pengumuman UN tahun 2011, peringkat SMA dan SMK Sabu masih nomor buntut dengan perbedaan “nol koma sekian” dengan kabupaten Ende.
Secerca cahaya muncul dari hasil UN SMP Sabu tahun 2011 yaitu hasilnya ranking 7 di NTT. Mungkin kebetulan saja.

Saya dan tim serta pak bupati tdk patah semangat dengan hasil itu dan memang sudah disadari bahwa pekerjaan ini tdk mudah.

Bulan Juli 2011, kami dan tim turun lagi untuk kegiatan senter MIPa tahap satu. Kami terkejut heran setengah mati: listrik sudah menyala 24 jam, jalan-jalan dalam kota sudah mulai dikerjakan, dermaga Seba sudah mulai dikerjakan. TANDA-TANDA KEHIDUPAN DI SABU MULAI NAMPAK.
Proses pembelajaran berjalan normal dan diakhir kegiatan bedah SKL di bulan Desember 2011 itu.
Hasil UN tahun 2012 juga memberikan tanda-tanda kehidupan. Tingkat SMA sudah di peringkat 14 dan SMK sudah di peringkat 15 seluruh NTT. Namun utk UN tingkat SMP kembali anjlok ke peringkat 11 di NTT.
Kami berdiskusi kembali utk menemukan kelemahannya. Salah satunya bahwa implementasi pembelajaran yg diajarkan di senter MIPA belum sepenuhnya berjalan. Lalu ini juga penting, bahwa dalam try-out sekolah tahun 2012 utu tdk dikontrol seperti tahun 2011 lalu. Kalau tahun 2011, pada awal kegiatan, seluruh staf dinas, bupati, wakil bupati dan angota dewan ikut mengontrol jalannya try-out di lapangan. Tahun 2012, memang agar longgar: mungkin pejabat di kabupaten yg baru mekar ini sudah mulai sibuk dengan tugas pokok mereka.
Walau pun demikian, kegiatan tetap berjalan normal dengan segala amcam kendala.
Tahun 2012, bukan agustus, saya dan tim turun lagi dengan kelanjutan senter mipa yaitu implementasi di kelas dengan persiapan “SKENARIO PEMBELAJARAN” dan dilanjutkan dengan praktek. Tim hanya membina bagaimana menyusun skenario, sedangkan para guru melakukan di kelas berdasarkan skenario yg telah disusun bersama. Setelah praktek, pembina dan para guru berkumpul untuk evaluasi. Begitu seterusnya hingga bedah SKL bukan desember 2012.
Ada hal-hal yg menarik di luar pendidikan saat itu. Jalan di kota bahkan sampai luar kota sudah dikerjakan dan bahkan kota Seba sudah mulai pengerjaan jalan denganhotmix pertama di pulau ini. Di sekitar kota Seba, kami saksikan padi-padi di sawah yg menguning walau pun belum setetes hujan pun turun. Pagi-pagi inna-inna orang Sabu berjualan keliling sayuran dan buah-buahan. Sayurnya segar, tomat, cabai dan terong besar-besar dan jagung muda bertebaran di setiap sisi jalan. Bupati yg gampang dihubungi tahun sebelumnya menjadi sulit dihubungi. Bupati sedang sibuk terima tamu dari Jakarta dalam rangka panen jagung musim kemarau sebanyak 60 hektar. Dan yang sangat menjengkelkan, kami sangat kesulitan online. Pesan tiket saja, yg sebelumnya bisa lewat online, sekarang (2012) menjadi sulit dan menjengkelkan. Belakangan baru saya tahu bahwa HP dan komunitas online di Sabu meningkat drastis sementara Sabu belum menambah BTS baru.
Kegiatan bedah SKL berlangsunh seperti biasa di bukan desember dengan berbagai perbaikan.

PRESTASI SABU YANG MEMBANGGAKAN

Pengumuman hasil UN tahun 2013 ini memberi harapan yg membanggakan dengan pesan: PENDIDIKAN SABU SEDANG BANGKIT.
Peringkat kelulusan UN SMK berada di urutan 7 dari kabupaten2 di NTT dengan kelulusan 100%. Sedangkan untuk SMA sudah pada urutan 11 di NTT dengan 99,57% kelulusan. Namun nilai rata-rata UN MURNI masih mendekati 6. Memang, nilai sangat terkait mutu.

Yang lebih mencengangkan adalah prestasi UN SMP Sabu Raijua yg tahun 2013 ini menduduki urutan 1 di NTT dengan kelulusan 100%. Bukan hanya itu, rata-rata nilai UN MURNI SMP kabupaten ini mencapai 7,025 yg berada di atas rata-rata nasional yaitu 6,1. Artinya, anak-anak Sabu Raijua sudah menyumbangkan prestasinya untuk kenaikan nai rata-ratabnasional. Padahal, UN tahun ini, menurut menteri Nuh, soalnya lebih sulit 10% dan pelaksanaannya satu setiap anak dalam satu ruangan mendapatkan sial yang berbeda sehingga tidak memungkinkan saling nyontek di antara mereka. Bahkan, para gurupun kalau tidak jujur, menyulitkan juga utk menyediakan kunci jawaban utk 20 paket soal per mata pelajaran.

ANALISA

Bagaimana menafsirkan prestasi ini?
Kegiatan center MIPA di Sabu baru berlangsung 2 tahun, sedangkan bedah SKL sudah 3 kali.
Di sini terlihay bahwa kegiatan Bedah SKL menyumbang kenaikan prosentasi kelulusan. Pembinaan guru dalam bedah SKL yg membangun kemampuan mengerjakan sial UN dengan cara cepat mampu ditanamkan dengan baik sehingga tingkat atau prosentasi kelulusan menjadi naik.
Lalu bagaimana dengan nilai UN MURNI? Jawabannya adalah tergantung pada implementasi model pembelajaran yg dilatihkan kepada para guru di senter mipa.
Adalah wajar, bahwa dibtingkat SMA/SMK, rata-rata nilai UN Murni masih rendah karena siswa-siswa SMA/SMK yg ikut UN tahun ini baru disentuh selama 2 tahun, yaitu kelas 2 dan 3, sementara mereka belum disentuh sejak SD dan SMP dengan merode pembelajaran yg baru ditanamkan ini. Ini wajar!
Bagaimana dengan SMP? Mereka pun sama bahwa baru disentuh dengan pembelajaran yg baru selam dua tahun namun ruang lingkup materi jauh lebih sederhana yaitu berkisar pada pendekatan konsep. Ini sangat berbeda dengan pelajaran SMA/SMK yg sudah pada tingkat analitis: konsep anjlok dari SD hingga SMP, maka akan menyulitkan dalam materi di SMA.
Perlu diingat bahwa selama 3 tahun ini, walaupun nilai ujian sekolah di Sabu Raijua masih sedikit lebih tinggi dari nilai UN MURNI, sial ujian sekolah dibuat oleh saya dan tim dengan pendekatan SKL tahun berjalan. Jadi kualitas soalnya dijamin bagus namun tidak sama dengan soal UN yg keluar karena saya dan tim bukan anggota pembuat soal UN Nasional.

PREDIKSI
jika analisa di atas tdk jauh meleset, maka kita akan menyaksikan unjuk prestasi anak-anak Sabu Raijua yg semakin meningkat dalam 1,2 dan 3 tahun kedepan. Mengapa? Karena para siswa yg sudah disentuh oleh implementasi senter mipa ini sudah berpindah dari SD ke SMP dan dari SMP ke SMA/SMK. Bukankah siswa SMP yg nilai rata-ratanya di atas 7 tahun ini masuk SMA/SMK di Sabu juga?

FOKUS TAHUN INI

Kegiatan senter mipa akan terus dijalankan tahun 2013 ini dengan fokus mengejar mutu. Kegiatannya: melatih guru-guru yang belum mengikuti senter mipa sebelumnya, penambahan mata pelajaran bahasa indonesia, bahasa inggris dan Ekonomi serta pelatihan pada siswa terbaik tingkat SMP dalam bedah SKL. Targetnya, selain peringkat kelulusan UN yg dipertahankan dan NILAI UN MURNI yang dinakan juga agar siswa Sabu Raijua masuk dalam kelompok 10 besar nilai tertinggi UN Nasional.
Tentu saja ” ORA ET LABORA” selalu berlaku.
SEMOGA!

Dr. rer. nat Kebamoto (Ketua Tim INSIDE TECHNOLOGY, JAKARTA)

4 komentar di “PENDIDIKAN SABU RAIJUA MENGGELIAT: AKANKAH BERLANJUT?

Tinggalkan komentar